Film sebagai budaya modern adalah bahasa yang bisa diterima oleh setiap kalangan. Bisa sedemikian persuasif memberi masukan, bahkan mengadakan perubahan cara pandang. Oleh karena itu sejak diketemukannya dipakai juga sebagai alat propaganda. Baik untuk kepentingan perang maupun menyemaikan perdamaian.
Pro kontrapun terjadi saat film berlomba mencari popularitas. Kontruksi film yang digeluti seniman dan posisinya di dunia hiburan, akhirnya berimplikasi menjadi karya-karya yang begitu bebas. Sehingga banyak film-film yang seolah-olah melanggar etika, budaya dan agama. Kreatifitas manusia selalu menjadi pisau bermata dua. Yang jelas untuk hiburan orang bisa menghambur-hamburkan uang. Di dunia hiburan paling banyak uang beredar.
Membuat Gadget Jadi Media Kreatif
Menyoal tontonan, data wearesocial di bulan Januari 2017 mengungkap, orang Indonesia bisa berlama-lama menatap layar gadget, kurang lebih 9 jam sehari. Yang menarik minat baca orang Indonesia menurut Unesco malah sebaliknya. Indonesia berada diurutan kedua dunia dari bawah, hanya 0,001%. Jadi dari 1.000 orang Indonesia, cuma 1 orang yang rajin membaca.
Kecenderungan remaja terhadap gadget memang kita lihat bersama, bahkan diusia dini mereka sudah tak bisa dilepaskan dari ketergantungan dengan alat komunikasi ini. Banyak tontonan menarik di gadget, bahkan mereka bisa membranding dirinya. seorang kawan yang aktif membina pramuka mengatakan, bukan harus menyalahkan hp, tapi kita sebagai orangtua harus bisa lebih menarik dan hebat lebih dari hp.
Barangkali memotivasi mereka untuk menggunakan gadget sebagai media kreatif akan lebih bijak daripada melarang atau merebutnya. Keperluan kita sendiri sekarang ini tak bisa lepas dari hp, sama-sama tergantung dengan gadget meski keperluannya berbeda. Hanya saja gadget sekarang kemampuannya tidak sekedar alat komunikasi. Untuk keperluan multimedia juga makin mumpuni.
Seperti contohnya untuk membuat film, seperti yang dilakukan oleh Brand HP Oppo dan Miles film. Mereka membuat film dengan menggunakan kamera hp merk oppo. Film berjudul "Kau, Rabu, dan Perkara-perkara Sepintas Lalu" itu dibintangi oleh Nicholas Saputra dan disutradai oleh Riri Riza.
Perusahaan produksi film Miles film milik Mira Lesmana dan Riri reza ini selalu kreatif membuat terobosan. Sejak mereka berdiri memang selalu kreatif. Film musikal anak-anak "Petualangan Sherina" dan film remaja "Ada Apa Dengan Cinta" menandai kehadiran semangat muda mereka yang kreatif. Sampai sekarang mereka tetap memiliki semangat itu. Kreativitas memang tak pernah pudar dan bisa dilakukan siapa saja.
Motivasi Roadshow Festival Film Pendek Pramuka (Fesfipenpra)
Semangat seperti itulah yang ingin diusung Komunitas Pandu dengan rencana Roadshow Festival Film Pendek Pramuka. Komunitas pandu berpendapat, sejak dulu gerakan pramuka itu adalah kegiatan out door yang kreatif. Gerakan pramuka bisa tetap menarik kalau kreativitas tetap bisa dimotivasi dalam kegiatan pelatihan-pelatihan pramuka.
Dulu kemping lebih dikenal dan berkonotasi dengan kegiatan pramuka. Seiring waktu kegiatan paling memikat remaja ini dilakukan kegiatan lain. Bahkan kemudian menjadi ide usaha bagi tempat-tempat wisata untuk mengelola bumi perkemahan. Maka sekarang ini tidak perlu masuk pramuka kalau ingin menikmati asiknya kemping.
Kemping yang dilaksanakan dalam kegiatan pramuka sudah dipastikan harus kreatif. Seperti acara kemping untuk pelantikan di semua tingkatan pramuka. Setiap gugus depan punya cara sendiri untuk menggojlok anggotanya agar lolos naik tingkat. Dan di setiap kemping ada acara api unggun untuk menampilkan atraksi yang kreatif.
Sekarang kemping bukan lagi andalan pramuka untuk menarik minat masyarakat menjadi anggota pramuka. Namun kreativitas tentu saja tidak berhenti karena wadah kegiatannya sudah tidak bisa diandalkan. Out door, ruang terbuka untuk berkreasi tidak hanya di perkemahan, sekarang lahanya lebih luas dan banyak. Sehingga kreativitas masih bisa dilakukan, bahkan dalam segala kegiatan.
Memang banyak hal yang membuat kegiatan pramuka seperti kehilangan kreativitasnya. Gugus depan pramuka hampir semuanya berada di sekolah. Sehingga yang terlihat hanya rutinitas latihan yang menjemukan. Pelatihannya sendiri biasanya didelegasikan kepada pembantu pembina yang natabene bukan guru pengajar di sekolah yang bersangkutan.
Sehingga gerakan pramuka sekarang ini seperti milik lembaga formal. Setiap anggota pramuka yang sudah selesai masa pendidikannya di sekolah itu otomatis tidak bergiat lagi di pramuka. Beberapa alumni ini ada yang menjadi pembantu pembina, tapi kebanyakan tidak lagi punya akses ke gugus depannya kecuali diundang untuk acara-acara tertentu.
Kegiatan pramuka sudah disinyalir tidak lagi menarik. Ini disebutkan dalam . Arah Kebijakan Gerakan Pramuka Tahun 2014-2045.
"Pelaksanaan kegiatan kepramukaan tidak mengalami pembaruan yang signifikan sehingga tidak sesuai dengan perkembangan zaman"
"Minimnya dukungan oran tua dan masyarakat terhadap pendidikan keparamukaan, karena dinilai tidak bermanfaat".
"Terdapat berbagai organisasi lain yang lebih menarik minat generasi muda untuk ikut bergabung karena materi organisasi tersebut dianggap bermanfaat guna mengembangkan eksistensi mereka sebagai generasi muda. Selain itu pula, anggota dewasa yang bertanggungjawab mengelola organisasi masih banyak yang belum memahami tugas pokok dan fungsinya serta belum dapat memberikan dukungan moril, materil maupun organisatoris secara optimal".
Peran Alumni Pramuka yang Signifikan
Gerakan pramuka mengisyaratkan, "sekali pramuka tetap pramuka". Pramuka ada di setiap tingkatan umur, walaupun di setiap jenjang umur itu ada hal-hal formal yang harus dicapai. Namun setiap orang yang pernah menjadi pramuka bisa punya andil untuk tetap berkiprah dalam kemajuan gerakan pramuka.
Ketika pramuka Indonesia menyatakan dirinya sebagai manusia Pancasila, maka sebenarnya gerakan pramuka adalah membangun manusia Indonesia yang berkepribadian Indonesia. Kepribadian yang mandiri. Maka siapapun tak bisa mengelak dari tanggung jawab suci ini.
Oleh karena itu kegiatan Roadshow Festival Film Pendek Pramuka (Fesfipenpra) melibatkan alumni atau orang-orang yang pernah mengikuti kegiatan pramuka. Disamping acara ini bersifat informal, acara ini sebenarnya mengajak para alumni untuk mengikutsertakan putera puterinya terlibat. Baik menjadi panitia maupun peserta roadshow.
Keterlibatan alumni tidak hanya akan memberikan ide-ide segar sesuai profesi mereka, tetapi menambah panjang jaringan pramuka. Terbentuknya jaringan yang masif tidak hanya oleh struktur pramuka dari kwarnas sampai gugus depan, tapi terbangun juga oleh setiap pribadi pramuka yang aktif maupun alumni.
Jaringan luas ini dalam ekonomi kreatif berbasis internet ini akan memberikan nilai tambah. Dengan jaringan yang luas kegiatan pramuka tidak hanya berkisar di sekolah-sekolah tapi jauh menjangkau ke arena-arena lain. Seperti pengembangan usaha alumni dan terbukanya lahan-lahan pekerjaan.
Membangun kepribadian bangsa akan menjadi utopia kalau kita tidak serta merta membangun wadah tempat mengekspresikan keahlian pribadi-pribadi itu. Walau bagaimanapun masyarakat mengharapkan anaknya masuk pramuka bisa membuatnya punya pekerjaan sesuai keahliannya. Tidak sekedar bangga anaknya menyandang banyak tanda kecakapan, menjadi juara atau berhasil mengikuti kegiatan di tingkat nasional dan internasional di pramuka.
Mengadakan kegiatan informal seperti roadshow Festival Film Pendek Pramuka seperti ini tentu hanya bisa dilakukan oleh alumni pramuka. Karena mereka berada di luar struktur pramuka yang kegiatannya sudah terjadual. Alumni pramuka bisa bebas melakukan kegiatan terobosan.
Roadshow Fesfipenpra Sebagai Media Silaturahmi dan Pengembangan Usaha Pramuka
Roasdshow fesfipenpra ini adalah kegiatan kreatif membuat film pendek menggunakan gadget atau handphone oleh anggota pramuka, baik yang masih aktif atau alumni. Film bertema "Figur Pramuka di Tengah Masyarakat". Film ini kemudian ditonton bareng (nobar) bersama masyarakat yang diundang di setiap gugus depan yang bekerja sama dengan panitia Roadshow. Baik gugus depan itu mengirim fim maupun bersedia menyediakan tempat untuk nobar.
Diskusi digelar setelah pemutaran film. Diskusi bertujuan mendalami tema film yang diputar dan menajamkannya sebagai motivasi dalam berprilaku bagi anggota pramuka. Selain pemutaran film, di luar ruangan digelar bazzar yang memamerkan produk, kreativitas atau usaha yang dimiliki alumni pramuka atau pramuka aktif.
Kegiatan ini menjadi setali tiga uang, sekali merengkuh dayung dua tiga pulau terlampaui. Selain memperlihatkan kepada masyarakat kreativitas pramuka diluar rutinitas yang biasa mereka lihat, juga sebagai ajang silaturahmi sesama alumni pramuka maupun dengan pramuka aktif yang skopnya tidak tebatas hanya satu gugus depan saja.
Rangkaian acara ini akan menumbuhkan persfektif lain di masyarakat dan menguatkan silaturahmi semua penggiat pramuka baik alumni maupun pramuka aktif untuk bekerja sama mengembalikan pandangan masyarakat kepada pramuka.
Selain itu terbangun jaringan yang luas dan kuat secara offline maupu online yang tidak hanya bisa digunakan untuk silaturahmi tapi mengenalkan usaha dan kreatifitas alumni atau pramuka aktif.
Dengan data jaringan yang didapat seperti itu tentu Komunitas Pandu tidak hanya berhenti dengan roadshow Fesfipenpra, karena peluang lain jelas akan terbuka.
Komentar