Kegiatan kreatif pada dasarnya perilaku keseharian kita. Setiap hari kita dihadapkan pada persoalan yang menuntut kita untuk bisa kreatif memecahkannya. Arti kreatif menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kreatif adalah memiliki daya cipta atau memiliki kemampuan untuk menciptakan. Sepertinya kalau sesederhana ini kreatif jadi hanya milik para seniman dan para penemu.
Bagaimana kalau seorang penulis yang kehilangan ide untuk meneruskan tulisannya tiba-tiba menemukan rangkaian tulisan berikutnya? Begitupun dengan orang yang sedang tertimpa masalah kemudian menemukan penyelesaianya diluar kemungkinan akalnya.
Secara umum kita tahu apa itu kreatif, lebih mungkin merasakannya saat kreativitas itu datang. Jadi tidak mengejutkan jika kreativitas begitu sulit untuk didefinisikan.
Kreativitas sesungguhnya misterius, kita tidak begitu tahu kapan sinar ini datang dan bagaimana cara memanajemennya. Sehingga kita sangat menghargai orang-orang yang mendapat anugerah ini. Banyak orang yang yang punya profesi karena kreativitas yang dia kembangkan. Malah banyak juga yang menjadi pesohor.
Aktivitas kreatif ada sejak dulu kala, nenek moyang kita dari zaman prasejarah saja sudah membuat coretan seperti lukisan di dinding gua, kemudian di jaman keemasan kerajaan-kerajaan kita: prasasti, candi, dan lain sebagainya. Data seperti ini jelas memberikan informasi perihal kreatifitas yang melekat pada manusia dengan perkembangan yang semakin menarik.
Aktivitas Kreatif dan Kesehatan
Definisi kesehatan menurut World Health Organization (WHO), Badan Kesehatan Dunia,
"Sehat adalah suatu keadaan sentosa fisik, mental dan sosial yang utuh dan bukan sekedar bebas dari penyakit atau kelemahan".
Dengan definisi kesehatan menurut WHO ini, kesehatan harus dilihat dari berbagai aspek kehidupan seseorang. Sehingga semua disiplin ilmu terlibat untuk menjawab pertanyaan dan melakukan penelitian dalam ilmu kesehatan.
Kreatifitas yang dipercaya sebagai sikap mental menjadi variabel penting dari aspek kesehatan seseorang. Perilaku ini erat hubungannya dengan meningkatkan kinerja otak secara lebih optimal. Ini sebagai stimulasi bagi otak tetap bekerja sebagaimana mestinya.
Barangkali yang perlu digarisbawahi dalam kesempatan ini menyoal aktivitas kreatif yang akan dilaksanakan oleh Komunitas Pandu yaitu Rencana Roadshow Festifal Film Pendek Pramuka (Fesfipenpra).
Menurut Sebuah studi dalam Journal of Aging and Health tahun 2004, keikutsertaan dalam pertunjukan teater meningkatkan kesejahteraan secara psikologis setelah 4 minggu dan menunjukkan fungsi kognitif yang lebih baik. Partisipan dalam studi ini mengalami peningkatan dari mulai penambahan kosakata dan kemampuannya dalam memecahkan masalah.
Peneliti Heather L. Stuckey dan Jeremy Nobel mengungkapkan hasil studinya dalam American Journal of Public Health tahun 2009 bahwa, seni membantu orang mengungkapkan pengalaman yang sulit diungkapkan melalui kata-kata. Aktivitas kreatif seperti melukis, menggambar, atau membuat gerabah terbukti secara ilmiah dapat membantu mengatasi berbagai jenis trauma. Mengekspresikan diri secara realistis berkontribusi pada pemeliharaan atau rekonstruksi identitas secara positif.
Persiapan awal Roadshow Festifal Film Pendek Pramuka (Fesfipenpra) saat ini lebih banyak memacu publikasi secara online, baik di web-log Komunitas Pandu maupun di medsos. Kegiatan awal ini notabene lebih memunculkan kegiatan reportase atau aktivitas menulis.
Kajian tahun 2014 dalam Psychological Science, mengungkapkan aktivitas kreatif menulis dapat membantu meningkatkan proses pembelajaran dan menghafal materi. Peneliti menyarankan untuk menggunakan cara lama dengan menulis menggunakan pena dan kertas, bukan menulis dengan keyboard di laptop.
Jurnal Psychosomatic Medicine tahun 2004 mengungkapkan uji coba secara acak kepada pasien dengan diagnosis HIV yang sedang menjalani pengobatan. Pasen-pasen ini diminta melakukan aktivitas kreatif berupa menulis ekspresif. Ternyata hasil dari aktivitas tersebut, membuktikan adanya peningkatan kekebalan tubuh pada pasien.
Jalan Kaki Agar Kreatif
Banyak sebenarnya manfaat rutin jalan kaki itu, salah satunya adalah membuat kita lebih kreatif. Ini dibuktikan oleh sebuah studi tahun 2014 di Universitas Stanford. Eksperimen itu menunjukkan bagaimana berjalan kaki meningkatkan pemikiran kreatif secara real-time, bahkan kreativitas terus mengalir ketika seseorang duduk kembali setelah berjalan-jalan.
Sebagian besar peserta eksperimen mendapat manfaat dari berjalan kaki dibandingkan dengan duduk. Berjalan di sebuah ruangan atau menggerakkan kursi roda saja meningkatkan kemampuan kreatif bagi 81% peserta penelitian. Tingkat peningkatannya juga signifikan, rata-rata peserta meningkat kreativitasnya sekitar 60%.
Gerak badan yang sederhana seperti jalan kaki ternyata punya implikasi luar biasa bagi kreativitas, seperti yang dikatakan juga oleh Marily Oppezzo. Marily sampai terkejut, ternyata jalan di atas treadmil di ruangan sempit yang membosankanpun bisa membantu.
Dr.Marily Oppezzo adalah , ilmuwan dan instruktur Kedokteran di Stanford Prevention Research Center, Sedangkan rekannya Daniel L. Schwartz adalah, Dekan 1 James Quillen dan Profesor Teknologi Pendidikan Nomellini & Olivier di Stanford Graduate School of Education. Mereka berdua yang mengadakan eksperimen di Universitas Stanford mengenai efek positif berjalan pada pemikiran kreatif.
Gerakan memungkinkan ide mengalir dengan bebas. Berjalan kaki berkontribusi pada pemikiran divergen, berpikir mengalir tanpa terpaku pada sebuah pola tertentu. Latihan fisik berkorelasi langsung dengan peningkatan suasana hati melalui pelepasan endorfin.
Tubuh secara alami menghasilkan endorfin. Hormon ini punya peran sebagai penghilang rasa sakit alami dan bertanggung jawab atas perasaan senang setelah melakukan aktivitas tertentu. Yang lebih menarik, hormon ini juga dapat memberikan energi positif dalam diri seseorang.
Peningkatan suasana hati yang positif tentu saja pada gilirannya dapat meningkatkan pemikiran baru. Walaupun penelitian lain menunjukkan bahwa emosi negatif dapat meningkatkan kreativitas artistik. Ketika kita patah hati begitu banyak keluh kesah jadi berbaris-baris puisi, yang kerap dimengerti sendiri tapi ingin dibaca orang lain.
Para Penemu dan Filsuf Suka Jalan Kaki
Kita pasti mengenal siapa Mark Zuckerberg, atau kita hanya asek saja menggunakan Face Book? Apalagi sekarang WhatsApp seperti mengalahkan kepopulerannya.
Face Book tetap menjadi raksasa media sosial yang telah menghubungkan orang diseluruh dunia dengan pengguna hampir 1,3 miliar. Mark Zuckerberg bersama beberapa temannya adalah pencipta Face Book. Mark Zuckerberg lebih terkenal karena dia sekarang sebagai CEO Face Book.
Ternyata Mark Zuckerberg juga terkenal karena sering melakukan meeting sambil jalan kaki. Tidak hanya juragan Face Book ini yang menganggap gerak jalan seperti sebuah pintu yang bercahaya agar kreativitas keluar, Steve Jobs pendiri perusahaan Apple juga punya pemikiran yang sama mengenai jalan kaki. Konon mereka ini yang membuat meeting sambil jalan kaki menjadi trend sekarang.
Mungkin saja mereka tidak mengenal para pemikir tempo dulu seperti Rene Deskartes, Plato dan Aristoteles. Para filsuf ini ternyata bukan orang-orang terkenal yang hanya suka merenung sambil duduk. Mereka adalah para pemikir yang menganggap jalan kaki bisa memberikan semangat untuk berinspirasi.
Akhirul kata tulisan ini mengajak kawan-kawan pramuka untuk tetap kreatiif. Komunitas Pandu menyajikan tulisan ini bukan semata-mata untuk keperluan kegiatan Rodshow Festifal Film Pendek Pramuka. Tapi sebagai bekal agar kita tetap sadar sebagai musafir, orang yang sedang dalam perjalanan. Kreativitas tak bisa dibatasi dan dimiliki batasan umur, tapi selama kita masih mengarungi kehidupan perilaku itu perlu tetap hadir.
Komentar