Di jalan desa satu regu penggalang sedang berbaris dengan rapih dan kompak. Mereka sedang menuju sebuah tanah lapang tempat biasa mereka melakukan latihan Pramuka. Mereka nampak ceria dipagi hari itu.
Sepuluh langkah di belakang mereka ada seorang anak yang juga berpakaian pramuka namun lusuh dan telanjang kaki. Tidak seperti anak-anak regu penggalang yang menyandang tongkat dari bambu dan di cat seragam, anak lusuh itu menyandang dahan pohon yang disandang dengan tali rapiah.
Anak lusuh itu berusaha melangkah tegap seperti regu penggalang, namun langkahnya rancu karena tangan kirinya yang tidak menyandang tongkat malah bareng maju mundur dengan kaki kirinya. Kelihatan menggelikan tapi anak itu anteng mengikuti barisan regu penggalang. Langkah kecilnya makin merenggangkan jarak dia dengan regu penggalang.
Ketika regu penggalang melewati pos ronda. Segerombolan anak yang sedang nongkrong disitu pada berdiri dengan bibir mencibir. Salah seoarang diantaranya seperti memberi komando,
"Satu, dua, tiga...Pramuka Pramudi pramuka tara mandi! *)" ledek mereka kompak sambil diikuti dengan tertawa terbahak-bahak.
Beberapa anak penggalang nampak mengernyitkan dahinya menahan marah. Salah seorang yang posisinya di tengah segera menjawab menggumam,
"Nu moyok loba daki **)". Kawan-kawan regunya terkekeh pelan. Mereka terus berjalan.
"Ssst.." Suara tegas itu terdengar dari arah gerombolan anak di pos ronda. Seorang pembantu pembina tiba-tiba ada di pinggir gerombolan anak-anak itu dengan tatapan yang menyipit. Gerombolan anak itu serentak menghentikan tawanya, pada tertunduk dan saling melirik.
Tiba-tiba mereka dikejutkan dengan suara langkah anak lusuh yang rancu. Mereka kembali tertawa terbahak-bahak sambil menunjuk-nunjuk. Diantaranya ada yang sampai memegang perutnya sendiri. Anak lusuh sama sekali tidak terpengaruh dia tetap anteng melangkah.
Sambil tetap menatap gerombolan anak di pos ronda, pembantu pembina menarik nafas panjang dan menghembuskannya sambil menggeleng-gelengkan kepala. Mulutnya kelihatan menahan tawa juga. Lalu meninggalkan gerombolan anak-anak itu, melangkah menyusul regu penggalang.
Pembantu pembina melewati anak lusuh dan melihatnya dengan senyum bangga.
***
Anak lusuh selalu ikut hadir di lapangan tempat regu penggalang latihan Pramuka. Ikut memperhatikan wejangan pembantu pembina. Kadang dia ikut gembira dan semangat ketika regu penggalang mengadakan permainan. Anak lusuh itu seperti larut dalam kegiatan regu penggalang. Walaupun dia di luar lingkaran.
Suatu hari regu penggalang membawa ransel berisi perbekalan. Hari itu mereka harus berlatih seharian. Anak lusuh juga membawa kantong. Hari itu dia datang terlambat.
Di perjalanan dia sempat melewati gerombolan anak yang tempo hari mentertawakannya. Gerombolan anak itu sedang kasak kusuk merencanakan sesuatu. Sambil berjalan anak lusuh memperhatikan mereka agak lama.
Ketika dia tiba di lapangan regu penggalang sedang melaksanakan latihan p3k. Mereka membagi tugas. Ada yang membuat blangkar dari tongkat bambu yang biasa mereka bawa dan ada yang membalut pasen yang kelihatannya mengalami patah tulang kaki.
Pembantu pembina berdiri tidak jauh dari regu penggalang sambil memperhatikan mereka. Sesekali memperhatikan hp di tangannya. Rupanya dia sedang mengukur waktu dengan aplikasi stopwacth.
Sambil disemangati pembantu pembina, regu penggalang dengan sigap membuat blangkar dan membalut pasen sampai beres. Kompak sekali mereka memindahkan pasen ke atas blangkar. Pembantu pembina segera menunjuk sebuah titik di lapang itu sambil terus melihat stopwacth di hpnya.
Regu penggalang segera membawa pasen ke titik itu dengan cepat dan tetap hati-hati. Mereka sedang membawa pasen yang mengalami patah tulang kaki, luka dikepala dan siku tangannya. Sampai di titik itu Regu penggalang harus membawa blangkar dan pasennya sambil merayap ke titik berikutnya.
Pembantu pembina semakin seru memberi semangat di titik berikutnya. Regu penggalang harus bisa sampai ke titik itu tepat waktu. Pasen harus segera mendapatkan pertolongan dari rumah sakit.
"Cepat waktunya hampir habis!" Teriak pembantu pembina sambil melihat hp di tangan kirinya.
Di pinggir lapang anak lusuh memperhatikan dengan tegang. Dengan susah payah regu penggalang merayap ke titik itu. Mereka mempercepat gerakannya. Ketika sampai, pembantu pembina memijit hpnya dengan jari dan mengepalkan tangan dengan girang. Anak lusuh juga melonjak ikut kegirangan.
"Kalian lebih cepat lima menit!" Kata pembina dengan senyum lebar.
Kata-katanya disambut gembira regu penggalang dengan meloncat-loncat sambil mengepalkan tangan. Bahkan anggota regu yang jadi pasen pun ikut-ikutan.
"Sekarang kalian boleh istirahat makan, tapi cuci tangan dulu". Kata pembantu pembina.
Regu penggalang meninggalkan lapangan sambil saling menepuk bahu dan tertawa-tawa. Anak lusuh tadinya beranjak mau mengikuti mereka, tapi tiba-tiba dia teringat kasak-kusuk gerombolan anak-anak di pos ronda. Anak lusuh melihat tumpukan ransel anak penggalang di tengah lapang.
Anak lusuh melihat pembantu pembina juga meninggalkan lapangan. Anak lusuh menghentikan langkahnya dan kembali ke pinggir lapang, dia agak menyembunyikan badannya di balik pohon yanga ada disana.
Tidak lama kemudian seorang anak dari gerombolan pos ronda terlihat mengendap-ngendap mendekati tumpukan ransel. Sejenak anak lusuh menatap tajam, menunggu apa yang mau dilakukan anak itu. Ketika anak dari gerombolan pos ronda mengambil salah satu ransel regu penggalang. Anak lusuh segera mengambil tongkat dahan pohonnya. Sambil berteriak mengancam, anak lusuh memburu anak dari gerombolan pos ronda.
Anak dari gerombolan pos ronda terlonjak kaget, ransel di tangannya terlepas sehinga jatuh ke tanah dan mengeluarkan isinya.
Pembantu pembina yang belum jauh dari lapang mendengar teriakan ancaman dari anak lusuh. Dia segera kembali ke lapangan. Di pinggir lapang dia melihat anak lusuh menghentikan pengejarannya. Di kejauhan pembantu pembina melihat tiga anak gerombolan dari pos ronda lari terpontang panting.
Anak lusuh menghampiri ransel yang mau dicuri tadi. Dia masukkan kembali isinya yang keluar. Pembantu pembina di pinggir lapang mengangguk-ngangguk sambil tersenyum. Ketika anak lusuh mau mengembalikan ransel itu ke tumpukan ransel lain, regu penggalang muncul di belakangnya.
"Hai!...Kamu mau mencuri ya?" Hardik salah seorang regu penggalang. Setengah berlari regu penggalang menghampiri anak lusuh. Mereka mengerubungi anak itu dan meneriakinya. Salah seorang diantaranya mengguncang-guncang bahu anak lusuh.
"Jadi selama ini kamu memperhatikan kami itu untuk mencuri? Tanyanya.
"Tunggu dulu!" Teriak pembantu pembina di pinggir lapang. Semua menoleh ke arahnya.
Pembantu pembina melangkah cepat menghampiri mereka. Diraihnya bahu anak lusuh untuk berdiri di pinggirnya. kemudian dia menerangkan apa yang sebenarnya terjadi. Regu penggalang mengangguk-ngangguk mengerti. Mereka jadi memandang anak lusuh sambil tersenyum. kemudian beramai ramai memeluk anak lusuh sambil menepuk nepuk pundaknya.
Tidak lama kemudian regu penggalang berbaris pulang meninggalkan lapangan. Anak lusuh yang berjalan paling depan memimpin regu penggalang. Di tongkatnya yang terbuat dari dahan pohon berkibar bendera regu. Dari kejauhan pembantu pembina memandang mereka sambil tersenyum.
*) Pramuka pramudi pramuka jarang mandi
**) Yang ngejek banyak daki
TAMAT
Salam Pramuka
Cerita ini didedikasikan untuk memotivasi kawan-kawan pramuka dalam melaksanakan Dasa Darma. Komunitas Pandu merasa perlu untuk menampilkan cerita-cerita inspiratif seperti ini di blog Komunitas Pandu.
Komunitas Pandu juga akan terus mengumpulkan cerita yang serupa sebagai bahan untuk membuat film pendek. Untuk itu apabila kawan-kawan pramuka punya ide cerita seperti ini, baik fiksi maupun kisah nyata, dipersilahkan memberikan komen di blog ini.
Selepas pemilu Komunitas Pandu akan mengadakan persiapan Road Show Festival Film Pendek Pramuka (FFP-P), dengan tema "Figur Pramuka di Tengah Masyarakat"
Kegiatan ini mengajak seluruh alumni pramuka di seluruh gugus depan pramuka di Indonesia untuk ikut terlibat.
FFP-P bertujuan memotivasi kreatifitas kawan-kawan pramuka agar gerakan pramuka kembali memikat dengan menyatukan tenaga, pikiran dan kecintaan para alumni untuk bekerja sama.
Kreatifitas tak mengenal umur, seperti filosofi yang terkandung dalam tingkatan umur di pramuka. Ada siaga, penggalang, penegak, pendega dan pembina.
Tidak ada pensiun dalam gerakan pramuka.
Tetap kreatif.
Sekali Pramuka tetap pramuka.
Salam pramuka
Komentar